Gambar Ilusi |
Seorang saudagar memiliki seekor Burung Nuri yang indah bulunya dan dikurung dalam sebuah sangkar yang bagus.
ketika itu dia sedang berkemas bepergian dan mau berangkat menuju negeri Hindustan.
karena kemurahan hatinya dia bertanya kepada masing-masing hamba sahayanya, "Oleh-oleh apa yang kau inginkan dariku? cepat katakan!"
Setiap hamba sahaya yang ditanya menyebut oleh-oleh yang diinginkan: saudagar yang baik hati itu berjanji akan memenuhi permintaan mereka.
Giliran berikut dia bertanya kepada si Burung Nuri: "Hadiah apa yang kau inginkan sepulangku dan hindustan?"
Burung Nuri berkata, "Bilamana Tuhan berjumpa burung-burung nuri di sana, jelaskan keadaanku yang sedang nestapa.
katakan, 'ada seekor burung Nuri, yang merindukanmu, atas kehendak takdir telah dipenjara olehku.'
Dia mengirim salam, minta keadilan dan ingin belajar darimu apa dan bagaimana petunjuk yang benar itu.
Adilkah sementara aku terkurung dalam sangkar, kau terbang bebas dari pohon hijau ke pohon yang lebat buahnya?
Benar begitukah keyakinan dari kawan-kawan burung Nuri? Aku sebatang kara di ruang penjara, sedang kau bersenang-senang di taman mawar?
Wahai yang mulia, pikirkanlah selalu burung yang malang ini, hiruplah udara pagi yang segar di padang-padang luas sambil mengingatku.
Seorang sahabat akan bahagia jika diingat oleh kawan-kawannya, apalagi jika yang diingat adalah Laila dan yang mengingat ialah Majnun.
Wahai kau yang begitu menawan dan penuh pesona, haruskah aku minum dari cawan berisi darahku sendiri?
Wahai kau yang tidak lain adalah kekasih, minumlah secawan anggur berisi ingatan kepadaku, jika kau ingin berlaku adil kepadaku!
Setidak-tidaknya tumpahkanlah seteguk saja ke tanah untuk mengenang seseorang yang telah berubah jadi debu.
Di mana kau, aneh, ingatkah kau akan janji dan sumpah kita? Di manakah kini janji si bibir gula itu?
Jika kau tinggalkan hambamu karena tidak becus melayanimu, jika kau bersikap buruk ↔atas perbuatanku yang tidak becus, lantas apa bedanya antara hamba dan tuan?
Namun sekejam apa pun tindakanmu terhadap hambamu ini, kebengisanmu lebih menyenangkan dari musik dan irama rebab yang merdu.
Kebengisan lebih baik dari rasa senang, pembalasan dendammu lebih karib dibanding hidup.
Inilah apimu: bagaimana ia bisa menjadi cahayamu? Inilah sorak-soraimu, bagaimana bisa dijadikan perayaan yang meriah?
Belalaian lembut dari tindakan bengismu dan rasa manis dari keelokanmu, tidak seorangpun yang tahu.
Aku menyesal, namun khawatir sebelum dia percaya kepadaku; aku waswas keramahan hatinya membuat kebengisannya berkurang.
Sungguh aku tertawan oleh kebuasan dan kelembutan hatinya; sungguh ajaib aku mencintai dua keadaan yang berlawanan ini.
Demi Tuhan, jika kau lari dari Nuri (Kesedihan) dan memasuki taman (Keriangan), karena aku ingin mengarang seperti bulbul.
Inilah bulbul ajaib yang membuka mulutnya untuk menelan duri dan mawar sekaligus.
Bulbul apakah ini? Hantu yang menakutkan: disebabkan oleh kecintaannya segala yang pahit dan getir menjadi manis.
Dia adalah Pecinta sejagat, dan dia sendiri adalah yang bersifat sejagat: dia mencintai dirinya dan mencintai cintanya sendiri."
@Jalaluddin Rumi dalam bukunya Masnawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar